20 Februari, 2008

Berikut ini adalah salah satu cerita rakyat yang saya temukan di daerah Lubai, Muara Enim, Sumatera Selatan

Si Pahit Lidah dan Puyang Panjang
Si Pahit Lidah merupakan sosok pria tampan dan gagah berani. Dia memiliki ilmu kedigdayaan yang sangat tinggi. Si Pahit Lidah gemar melakukan perjalanan jauh, sehingga ia sering berkelana kesana-kemari. Dalam perjalanannya, dia merubah dirinya menjadi sosok pemuda yang jelek dan banyak penyakit di sekujur tubuhnya, sehingga orang-orang yang bertemu dengannya merasa jijik apalagi mau menjadi istrinya.
Si Pahit Lidah melakukan perjalanan untuk mencari seorang gadis cantik yang mau menikah dengannya dan menerima apa adanya dirinya, pemuda buruk rupa dan penyakitan. Selama melakukan perjalanan, dia sering sekali mendapatkan penolakan dari gadis-gadis yang ditemuinya.
Si Pahit Lidah menyadari betapa sulitnya mencari seorang gadis yang mau dengan pemuda buruk rupa dan penyakitan seperti dirinya. Akan tetapi, dia tetap bersikeras dengan pendiriannya. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudakan keinginannya.
“Aku yakin, ‘dengan usaha yang sungguh-sungguh’, aku akan menemukan gadis pujaan hatiku.” katanya.
Sudahlah, Nak, “Urungkan saja niatmu itu, mana ada gadis cantik yang mau dengan pemuda yang buruk rupa.” Kata ibunya.
“Baiklah, Bu.” Kata Si Pahit Lidah.
Di Desa Tanjung Kemala, hidup seorang lelaki tua yang sangat dikagumi rakyat akan kebijakannya. Dia menjadi sosok panutan di desa tersebut. Permasalahan-permasalahan yang timbul di desanya dapat diselesaikannya dengan bijak berdasarkan hukum yang berlaku. Selain itu, permasalahan-permasalahan hukum agama Islam pun dapat diselesaikannya dengan baik. Kedalaman ilmu agama Islamnya sangat terkenal, sampai ke desa tetangga. Pada hari tertentu, ia mengajar mengaji dan menelaah agama Islam dengan kedalaman ilmu tauhid yang mumpuni.
Suatu hari, dia mendapat kabar tentang kesaktian Si Pahit Lidah, dari rakyat yang berdagang keliling.
Puyang, “Saya menyaksikan seorang pemuda buruk rupa yang memiliki kesaktian yang luar biasa,” kata seorang pedagang.
“Kesaktian yang bagaimana?” tanya Puyang.
“Dia dapat melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa, katanya, dia dapat merubah manusia menjadi batu.”
“Menjadi batu?” tanya Puyang ragu.
“Benar, Puyang.”
Puyang Panjang berpikir dengan keras untuk mencari cara melindungi rakyatnya dari sumpah Si Pahit Lidah. Puyang Panjang melakukan ritual keagamaannya. Dia shalat wajib dengan khusyu dan mengerjakan seluruh amalannya, yaitu shalat sunat dan memperbanyak dzikir. Tepat pada waktunya, Puyang Panjang menemukan cara unik untuk menaklukkan Si Pahit Lidah.
Puyang Panjang mengatur strategi dan siap menyambut kedatangan Si Pahit Lidah.
“Insya Allah, dengan strategi ini, Si Pahit Lidah dapat ditaklukkan, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke daerah Lubai,” katanya.
Tentunya dengan cara damai, bukan dengan cara kekerasan. Puyang Panjang menarik batang bambu yang sangat tinggi. Dia mengikatkan sarungnya pada kedua ujung bambu tersebut untuk membuat ayunan. Selanjutnya, dia melucuti baju dan celananya sendiri sampai telanjang, lalu dia melompat sangat tinggi dan masuk kedalam ayunan, kemudian tidur di atas ayunan itu. Si Pahit Lidah waktu mau memasuki Rambang Lubai melihat ayunan yang tergantung tinggi tersebut. Dia sangat terkejut melihat isi ayunan tersebut. Dia melihat seorang bayi yang besar sedang tertidur di ayunan tersebut. Si Pahit Lidah langsung pergi dan tidak jadi masuk ke Rambang Lubai, karena dia berpikir bila ada bayi sebesar itu, maka sebesar apakah orang tuanya?
Si Pahit Lidah tidak dapat masuk ke Lubai dapat dilihat dari sungai yang ada di Lubai tidak ada batunya. Demikianlah cerita mengapa si Pahit Lidah tidak masuk ke Lubai.

18 Februari, 2008

Cintai Bahasa & Sastra Indonesia


Wahai generasi muda cintailah bahasa dan sastra kita, karena bahasa merupakan identitaas bangsa, sedangkan sastra merupakan kebudayaan kita, jangan sampai sastra Indonesia baik yang lisan maupun yang tertulis di ambil lagi oleh negara lain dan diakui sebagai milik bangsa lain. Melalui sastra kita dapat mempelajari nilai-nilai budaya bangsa kita di waktu lampau dan apabila kita pelajari secara mendalam, sastra dapat memberikan nilai-nilai moral yang berguna bagi kehidupan kita dalam masyarakat. Jadi marilah mulai dari sekarang kita lebih giat melestarikan budaya kita dan lebih waspada terhadap para penyusup dari negara lain yang ingin memiliki kebudayaan kita. Jangan sampai kita mulai bereaksi ketika kebudayaan kita telah diakui oleh bangsa lain, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu..